...........HAI............

WELCOME TO MY BLOG........TERTAWALAH BEBAS DAN LEPAS....................

""tHIS iS fRee AreA""

Jumat, 18 Desember 2009

sisa PL TAKSONOMI HEWAN

2.1.3. King Kobra (Ophiophagus Hannah)


Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus hannah

Deskripsi: O.hannah adalah ular berbisa terpanjang di dunia dengan panjang tubuh keseluruhan mencapai sekitar 5,7 m. Akan tetapi panjang hewan dewasa pada umumnya hanya sekitar 3 - 4,5m. Ular ini ditakuti banyak orang karena bisanya yang mematikan dan sifat-sifatnya yang terkenal agresif, meskipun banyak catatan yang menunjukkan perilaku yang sebaliknya. Ular jantan relatif lebih panjang dibandingkan ular betina. Susunan perisai(sisik besar) di kepalanya, yang masih kecil berwarna lebih gelap atau kehitaman, dengan bintik-bintik putih atau kuning yang membentuk belang(garis) melintang, belang ini masih samar-samar pada individu dewasa. Anak ular ini berkepala hitam dengan empat garis putih melintang di atasnya. Kepalanya besar dengan moncong yang relatif pendek dan tumpul. Di belakang perisai parietal(ubun-ubun), yang pada ular lain biasanya sisik-sisik kecil, pada ular ini ditempati oleh sepasang perisai oksipital yang besar. Perisai labial (bibir) atas 7 buah, no-3 dan no-4 menyentuh mata. Pupil mata bundar dan besar. Sisik-sisik dorsal (punggung) dalam 15 deret di tengah badan. Sisik-sisik ventral(perut) 215-262 buah sisik anal tunggal, sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 80-120 buah, yang sebelah depan tunggal dan di bagian belakang berpasangan. Ular ini didapati mulai dekat pantai hingga ketinggian sekurang-kurangnya 1800m dpl. Ular ini menghuni aneka habitat, mulai dataran rendah, rawa-rawa, wilayah semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian, ladang tua, perkebunan, persawahan, dan lingkungan pemukiman. Ular yang lincah dan gesit ini biasanya bersembunyi di bawah lindungan semak yang padat, lubang-lubang di akar atau batang pohon, lubang tanah, di bawah tumpukan batu, atau di rekahan karang. Mangsa sesuai dengan namanya ophiophagus(pemakan ular), mangsa utamanya adalah jenis-jenis ular yang berukuran relatif besar, seperti python dan ular tikus. Ular ini mengandalkan penciumannya menggunakan lidahnya yang bercabang , yang menangkap partikel-partikel bau di udara dan membawanya ke reseptor khusus di langit-langit mulutnya. Reseptor yang sensitif terhadap bau ini disebut organ jacobson. Jika tercium bau mangsanya, ular ini akan menggetarkan lidahnya dan menariknya keluar masuk untuk memperkirakan arah dan letak mangsanya itu. Matanya yang tajam (ular ini dapat melihat mangsanya dari sejauh 100m), indera perasa getaran di tubuhnya yang melata di tanah, dan naluri serta kecerdasannya sangat membantu untuk menemukan mangsanya. Ular ini dapat bergerak cepat di atas tanah dan memanjat pohon dengan sama baiknya. Mangsanya, jika perlu dikejarnya di atas pohon.ular ini berburu dengan baik di siang hari dan malam hari, kebanyakan herpetologis menanggapnya sebagai hewan diurnal. Sebagaimana ular kobra pada umumnya, apabila merasa terancam dan tersudut ular ini akan menegakkan lehernya serta mengembangkan tulang rusuknya sehingga kurang lebih sepertiga bagian tubuhnya berdiri tegak dan memipih serupa spatula. Sekaligus, posisi ini akan menampakkan warna kuning dan coret hitam di dadanya, sebagai peringatan bagi musuhnya. Melihat postur tubuhnya ini dan gerakannya yang gesit tangkas, orang umumnya merasa takut dan menganggapnya sebagai ular yang agresif serta berbahaya, yang dapat menyerang mangsa .



2.1.4. Kura-Kura Aldabra (Geochelone gigantea)

Klasifikasi
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Famili : Chelonidae
Genus : Geochelone
Spesies : Geochelone gigantea

Deskripsi: Kura-kura aldabra mempunyai tempurung yang keras dan bertulang(batok), bentuknya lebih menggunung, anggota tubuh seperti kaki dan kepala bisa masuk dalam tempurung. Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun,padang rumput, hutan, rawa, sungai, dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Bentuk kakinya menjari dan lebih tegak bila dibandingkan dengan penyu. Karakteristik utama adalah tempurung yang terbentuk dari dua komponen utama, yaitu cangkan atas (carapace) dan dasar (plastron) yang dihubungkan oleh tulang ridges. Tulang cangkang terdiri dari gabungan tulang iga dan vertebrata. Sedangkan tulang bagian dasarnya(plastron) terdiri dari tulang abdominal dan clavicle. Tetapi tidak semua kura-kura memiliki tempurung yang keras dan bertulang. Beberapa kura-kura mempunyai tempurung yang fleksibel. Bentuk tempurung pelindung yang keras menjadi dominasi di kura-kura darat dan jarang yang ada memperlihatkan fleksibilitas pada tempurungnya. Kebanyakan anak kura-kura darat mempunyai fenestra (daerah terbuka) antara tulang cangkang(carapace) dan menyatu pada masa tuanya. Kura –kura ini sangat menyukai sinar matahari, sehingga akan aktif bila ada sinar matahari. Kura-kura berbiak dengan cara bertelur. Betina membuat lubang di dalam tanah untuk meletakkan telur-telurnya dan menimbunnya lagi. Telur- telur tersebut tidak dierami oleh induknya. Betina dewasa tidak setiap tahun bertelur meskipun masih dalam masa reproduktif.



2.1.5. Komodo (Varanus komodoensis)

Klasifikasi
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis

Deskripsi: Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang.Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo terkadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah. Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri. Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut hirarki. Jantan terbesar menunjukkan dominansinya melalui bahasa tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang. Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo. Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, lalu mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya. Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini.] Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia. Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal. Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.




2.2. PISCES
2.2.1. Astronotus ocellatus



Klasifikasi
Filum : Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percamerphi
Famili : Cichlidae
Genus : Astronotus
Spesies : Astronotus ocellatus

Deskripsi : Astronotus ocellatus merupakan anggota dari super kelas Pisces. Memiliki nama lokal yaitu ikan Oscar. Ikan Oscar ini juga termasuk ke dalam kelas Osteichtyes karena pertulangannya berupa tulang sejati. Tubuhnya terbagi atas caput, truncus, dan caudal. Tubuhnya tertutup atau terlindungi oleh sisik yang bertipe ctenoid. Warna dari tubuh atau sisik bervariasi warnanya. Memiliki linea lateralis yang berbentuk lurus ke belakang. Memiliki alat gerak yang berupa sirip. Sirip atau pinna terletak di beberapa bagian, pada bagian dorsal terdapat pinna dorsalis, bagian pectoral ada pinna pectoralis, bagian ventral ada pinna ventralis, bagian annal ada pinna annalis, serta di bagian caudal ada pinna caudalis. Memiliki tipe caudal yaitu protocercal, karena bentuk caudalnya tumpul. Bernapas dengan menggunakan insang yang dilindungi oleh operkulum. Ikan Oscar memiliki tipe mulut terminal, yaitu terletak di antara dorsal dan vental pada bagian anterior. Memiliki anus sebagai alat pengeluaran. Habitat di perairan tawar atau sungai. Sistem pencernaan dengan rahang yang bergigi untuk mengunyah makanan. Terdapat lidah kecil pada dasar ruang mulut yang membantu pernapasan. Faring dengan insang pada kedua sisinya. Makanan masuk terus ke faring menuju ke esofagus, terus ke lambung. Lambung dari usus dipisahkan oleh sebuah katup, sehingga jalur pernapasan dan makanan tidak bercampur. Sistem sirkulasinya dengan memiliki jantung beruang dua yang terletak di bawah faring dalam ruang perikardial. Darah masuk ke sinus venosus lalu ke aurikel terus ke ventrikel, terus ke konus anterior lalu ke aorta ventral terus ke cabang-cabang arteri aferen lalu ke kapiler-kapiler dalam filamen-filamen panjang dan mendapat oksigen. Sistem respirasi dengan menggunakan sepasang insang pada kedua sisinya yang terlindung oleh operkulum. Insang terdiri dari 2 baris filamen insang. Tiap filamen mempunyai kapiler-kapiler diantara cabang-cabang arteri aferen dan eferen. Sistem ekskresi berupa organ ginjal 2 buah, berwarna hitam yang terletak diantara gelembung udara dan vertebrae. Pengeluaran hasil ekskresi melalui saluran kloaka. Sistem reproduksi dimana pembuahan terjadi secara internal serta memiliki kelamin yang terpisah.




2.2.2. Lamprologus leleupi

Klasifikasi
Filum : Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percamerphi
Famili : Cichiddae
Genus : Lamprologus
Spesies : Lamprologus leleupi

Deskripsi : Lamprologus leleupi termasuk ke dalam kelas osteichtyes karen bertulang sejati. Nama lokal ikan lemon karena warnanya seperti buah lemon yaitu kuning cerah. Serta memiliki bentuk tubuh agak membulat. Tubuhh dari ikan ini terlidung oleh sisik yang bertipe ctenoid. Tipe mulutnya terminal yaitu diantara dorsal dan ventral bagian anterior. Tipe ekornya protocercal karena bentuknya tumpul. Memiliki alat gerak berupa sirip, sirip ada di bagian pectoral, dorsal, ventral, dan caudal. Memiliki linea lateralis dengan bentuk lurus. Linea lateralis berfungsi untuk mengetahui tekanan air. Alat penyeimbang tubuh saat berenang yaitu ekor. Bernapas dengan menggunakan insang yang terlidung oleh operkulum. Habitat di air laut. Sistem pencernaan dengan rahang yang bergigi untuk mengunyah makanan. Terdapat lidah kecil pada dasar ruang mulut yang membantu pernapasan. Faring dengan insang pada kedua sisinya. Makanan masuk terus ke faring menuju ke esofagus, terus ke lambung. Lambung dari usus dipisahkan oleh sebuah katup, sehingga jalur pernapasan dan makanan tidak bercampur. Sistem sirkulasinya dengan memiliki jantung beruang dua yang terletak di bawah faring dalam ruang perikardial. Darah masuk ke sinus venosus lalu ke aurikel terus ke ventrikel, terus ke konus anterior lalu ke aorta ventral terus ke cabang-cabang arteri aferen lalu ke kapiler-kapiler dalam filamen-filamen panjang dan mendapat oksigen. Sistem ekskresi berupa organ ginjal 2 buah, berwarna hitam yang terletak diantara gelembung udara dan vertebrae. Pengeluaran hasil ekskresi melalui saluran kloaka. Sistem reproduksi dimana pembuahan terjadi secara internal serta memiliki kelamin yang terpisah.



2.2.3. Pangasius sutchi

Klasifikasi
Filum : Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Scheilbidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius sutchi

Deskripsi : Pangasius sutchi memiliki nama lokal ikan patin. Pangasius sutchi merupakan anggota dari kelas condrichtyes karena pertulangannya berupa tulang rawan. Tubuh terbagi atas caput, truncus, dan caudal. Tubuh terutup oleh sisik yang bertipe placoid. Bentuk tubuh memanjang ramping. Kepala agak sedikit pipih dengan nares yang agak menonjol. Memiliki sungut di bagian mulut yang berguna sebagai alat sensoris. Memiliki pinna dorsalis 2 buah. Letak pinna annalis dan pinna ventralis berdekatan. Memiliki linea lateralis berbentuk lurus. Tipe mulutnya inferior karena terletak di ventral caput. Bernapas dengan menggunakan insang yang terlindungi oleh operkulum. Warna tubuh abu-abu hitam. Tipe caudalnya homocercal karena terbagi atas dua bagian sama besar. Habitat di air tawar. Anus terletak di sebelah anterior dari pinna annalis. Fertilisasi internal. Sistem pencernaan dengan rahang bergigi, faring terbuka. Esofagus di sebelah posterior faring, terus bersatu dengan bagian kardial lambung, terus ke bagian pilorik lambung, lalu berkelok ke depan membentuk huruf U, terus ke duodenum lalu usus yang berkatup spiral, akhirnya ke rektum dan kloaka. Kloaka merupakan lubang keluar sistem pencernaan, sistem ekskresi, dan sistem reproduksi. Sistem respirasi dengan menggunakan insang yang tertutup oleh operkulum.
Sistem sirkulasi dengan jantung yang hanya mempunyai 1 atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan 1 ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arterious. Darah dari dinding saluran pencernaan masuk ke dalam hati melalui vena porta hepatis lalu ke sinus venosus melalui sinus-sinus hati. Vena porta renalis membawa darah dari ujung posterior ke kapiler-kapiler mesonefros dan dari ginjal ini darah masuk ke vena kardinal posterior.
Sistem ekskresi dengan 2 ginjal yang panjang, sempit, mesonefros, yang mengeluarkan ekskret ke kloaka melalui saluran wolff (saluran mesonefros). Ginjal terletak di dorsal selom, menempel pada kolumna vertebrae. Sistem reproduksi dengan fertilisasi internal. Bersifat dioceus yaitu kelamin jantan dan betina terpisah. Bentuknya mirip dengan ikan hiu sehingga dapat disebut hiu air tawar.


2.2.4. Carassius auratus

Klasifikasi
Filum : Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus

Deskripsi : Carassius auratus memiliki nama lokal yang cukup terkenal yaitu ikan mas komet atau ikan komet. Merupakan anggota dari kelas osteichthyes karena tulang sejati. Tubuh terbagi atas caput, truncus, dan caudal. Tubuh tertutup sisik dengan tipe ctenoid. Tipe caudalnya yaitu homocercal karena membulat. Bernapas dengan menggunakan insang yang terlindungi oleh operkulum. Terdapat pinna dorsalis, pinna pectoralis, pinna ventralis, dan pinna annalis. Memiliki tipe linea lateralis yang lurus. Tidak terdapat gigi pada rahang. Pneumatocyst terabgi menjadi 2. Habitat ada di air tawar. Biasa digunakan sebagai ikan hias. Sistem pencernaan dengan rahang yang tidak bergigi. Terdapat lidah kecil pada dasar ruang mulut yang membantu pernapasan. Faring dengan insang pada kedua sisinya. Makanan masuk terus ke faring menuju ke esofagus, terus ke lambung. Lambung dari usus dipisahkan oleh sebuah katup, sehingga jalur pernapasan dan makanan tidak bercampur. Sistem sirkulasinya dengan memiliki jantung beruang dua yang terletak di bawah faring dalam ruang perikardial. Darah masuk ke sinus venosus lalu ke aurikel terus ke ventrikel, terus ke konus anterior lalu ke aorta ventral terus ke cabang-cabang arteri aferen lalu ke kapiler-kapiler dalam filamen-filamen panjang dan mendapat oksigen. Sistem respirasi dengan menggunakan sepasang insang pada kedua sisinya yang terlindung oleh operkulum. Insang terdiri dari 2 baris filamen insang. Tiap filamen mempunyai kapiler-kapiler diantara cabang-cabang arteri aferen dan eferen. Sistem ekskresi berupa organ ginjal 2 buah, berwarna hitam yang terletak diantara gelembung udara dan vertebrae. Pengeluaran hasil ekskresi melalui saluran kloaka. Sistem reproduksi dimana pembuahan terjadi secara internal serta memiliki kelamin yang terpisah.




2.2.5. Pseudoplatystoma fascistum

Klasifikasi
Filum : Chordata
Super kelas : Pisces
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Serranidae
Genus : Pseudoplatystoma
Spesies : Pseudoplatystoma fascistum

Deskripsi : Pseudoplatystoma fascistum merupakan anggota dari super kelas pisces yang memiliki pertulangan rawan, sehingga masuk ke dalam kelas chondrichthyes. Memiliki nama lokal yaitu ikan macan. Bentuk tubuhnya memanjang, ditutupi oleh sisik bertipe placoid. Tubuh ada tutul warna putih seperti pada macan tutul. Warna tubuh bercorak hitam. Memiliki vovea nasalis dan memiliki sungut yang berguna sebagai alat sensoris dan peraba. Pinna dorsalis ada 2 buah, anus ada diantara pinna ventralis. Alat gerak berupa sirip. Tubuh terbagi atas caput, truncus, dan caudal. Tipe mulut inferior yaitu terletak pada bagian ventralnya. Tipe caudal homocercal yaitu terbagi dua sama besar. Hidup di perairan laut. Sistem pencernaan dengan rahang bergigi, faring terbuka. Esofagus di sebelah posterior faring, terus bersatu dengan bagian kardial lambung, terus ke bagian pilorik lambung, lalu berkelok ke depan membentuk huruf U, terus ke duodenum lalu usus yang berkatup spiral, akhirnya ke rektum dan kloaka. Kloaka merupakan lubang keluar sistem pencernaan, sistem ekskresi, dan sistem reproduksi. Sistem respirasi dengan menggunakan insang yang tertutup oleh operkulum. Sistem sirkulasi dengan jantung yang hanya mempunyai 1 atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan 1 ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arterious. Darah dari dinding saluran pencernaan masuk ke dalam hati melalui vena porta hepatis lalu ke sinus venosus melalui sinus-sinus hati. Vena porta renalis membawa darah dari ujung posterior ke kapiler-kapiler mesonefros dan dari ginjal ini darah masuk ke vena kardinal posterior. Sistem ekskresi dengan 2 ginjal yang panjang, sempit, mesonefros, yang mengeluarkan ekskret ke kloaka melalui saluran wolff (saluran mesonefros). Ginjal terletak di dorsal selom, menempel pada kolumna vertebrae. Sistem reproduksi dengan fertilisasi internal.



2.3. AVES
2.3.1. Kasuari Bergelambir Satu ( Casuarius unappendiculatus )


Klasifikasi :
Filum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Struthioniformis
Famili : Casuariidae
Genus : Casuarius
Spesies :Casuarius unappendiculatus

Burung kasuari ini memiliki gelambir tunggal. Hewan ini berbulu lebat, dan memiliki tinggi badan 160 cm dengan berat badan 55-85 kg. Burung kasuari bergelambir tunggal memiliki panjang kaki 45 cm. Kulit leher dan kepalanya tidak berbulu, panjang gelambirnya adalah sekitar 3 cm , yang berwarna kuning menggantung ke bawah. Burung ini tidak bersayap, hidup soliter. Hewan ini termasuk ke dalam golongan fruktifora atau hewan pemakan buah-buahan. Burung ini memiliki paruh dan sepasang telinga. Berkembang biak dengan cara ovipar atau bertelur.
Kasuari gelambir-tunggal (Casuarius unappendiculatus) hidup di Indonesia dan Papua New Guinea. Daerah sebarannya di Pulau Papua adalah di bagian Utara pulau ini dan dari sinilah nama Inggrisnya berasal, Northern Cassowary. Selain menghuni daratan utama Pulau Papua, burung ini juga terdapat di Pulau Yapen, Batanta dan Salawati, masih dekat-dekat Papua juga. Spesies ini memiliki ciri umum selain bergelambir tunggal pendek kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga, wajah dan kepala berwarna biru dengan leher merah berbercak kuning dibagian belakang.
Pertemuan jantan dan betina saat musim kawin, umumnya di daerah teritori atau di areal tempat makan kasuari betina. Bila kasuari betina telah menerima pejantan maka kasuari jantan akan mengikuti betina terus sehingga terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila betina menolak maka jantan akan diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi pada saat diluar musim kawin. Kasuari betina umumnya lebih besar dari jantan. Kasuari merupakan salah satu spesies yang melakukan perkawinan dengan sistem poliandri.
Seekor kasuari betina akan kawin dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah satu clatch peneluran, kasuari betina akan meninggalkan pasangannya dan akan mencari dan akan bercumbu dengan kasuari jantan lain sampai dibuahi pada clutch peneluran berikutnya. Semakin tua kasuari betina semakin luas teritorinya, lebih banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu sehingga turunannya lebih banyak. Kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) masa kawin terjadi selama musim panas dan musim bertelur Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat dari daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke hutan meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan mempertahankan anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7 minggu jantan sibuk mengerami telur dan menjaga anaknya setelah menetas.
Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman dari luar maka sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan perhatian predator terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga. Bagi pejantan sendiri merupakan sasaran yang penampilannya menyolok karena warnanya yang hitam kelam, sedangkan telur berwarna hijau dan anak kasuari bergaris garis coklat sehingga kemungkinan besar tidak akan terlihat oleh predator. Anak kasuari akan tinggal bersama kedua induknya sampai umur sembilan bulan sebelum mereka menjalani pola hidup soliter dan menduduki teritori atau home range sendiri. Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.



2.3.2. Merak Hijau ( Pavo muticus )

Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Pavo
Spesies : Pavo muticus

Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebut Pavo muticus adalah salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia. Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam dan Indonesia ini mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang memiliki ekor panjang yang mampu mengembang bagai kipas. Merak Hijau (Pavo muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya.
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur setelah mengeraminya pada tumpukan daun dan ranting di atas tanah selama satu bulan. Anaknya akan terus berdekatan dengan induknya hingga musim kawin berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia yang masih sangat muda.
Burung merak hijau adalah tumbuhan pemakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Cina, Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Meskipun berukuran besar, burung indah, langka, dan dilindungi ini bisa terbang.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur. Di Indonesia, Merak Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya mulai dari dataran rendah hingga tempat-tempat yang tinggi. Salah satunya yang masih bisa ditemui berada di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Selain itu diperkirakan juga masih terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Meru Betiri.

2.3.3. Pisen Perak ( Loptura nycthemera )

Klasifikasi :
Filum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Galliformes
Familia : Phasianidae
Genus : Loptura
Spesies : Loptura nycthemera

Burung ini kelompok sosial, tetapi menyendiri pada musim kawin, membuat sarang yang sederhana di tanah yang dibatasi dengan rumput. Burung ini mempunyai tungkai yang panjang dan kuat, sehingga mampu berlari jauh dan cepat. Burung ini lebih suka berlari untuk menyelamatkan diri daripada terbang. Burung Pisen mencari makan di atas permukaan tanah dengan mengkais-kais tanah. Di alam mereka memakan sayur-sayuran, invertebrata, dan buah-buahan. Habitat hidup berkelompok di hutan, tanah rerumputan, gurun pasir, tanah pertanian. Tersebar di Cina, Asia, Birma, Indochina, dan Thailand.
Burung ini memiliki panjang 20-50 cm. Bulu pada pisen jantan bagian atas bervariasi dari garis putih dengan hitam bergaris putih. Pada burung betinanya memiliki bulu berwarna coklat berbintik putih. Hidupnya berkelompok tetapi menyendiri pada musim kawin. Pisen betina bertelur 2-20 butir, warna telurnya adalah putih kegelap-gelapan. Masa mengeram 16-20 hari. Termasuk jenis burung yang memiliki keindahan bulu yang sangat luar biasa, pada jantan tampak pada bagian kepala seperti memakai helm perang samurai jepang pada jaman dulu sehingga memperlihatkan keanggungan dan juga keindahannya.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.


2.3.4. Kakatua ( Cacatua sulphurea )


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Cacatuidae
Genus : Cacatua
Spesies : Cacatua sulphurea

Berukuran besar (33 cm), ribut, mencolok, berwarna putih. Jambul kuning, panjang-tegak, pipi kuning. Iris coklat gelap, paruh hitam, kaki abu-abu gelap. Teriakan keras dan kasar: "kerk-kerk-kerk" serta siulan-siulan. Hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini. Menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores), 950+ m (Sumba) dan 500+ m (Timor).
Burung ini termasuk ke dalam hewan pemakan biji-bijian . Hewan ini memiliki tipe kaki bertengger passerine, dimana pada tipe ini posisi tiga jari ke depan dan dan satu jari ke belakang. Jari kukunya melengkung dan berwarna kecoklatan.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.


2.3.5. Aceros undulatus


Klasifikasi
Kingdom : Animallia
Sub.Fillum : Avertebrata
Class : Aves
Ordo : Cicconiformes
Famillia : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Acaros undulatus

Deskripsi: Burung ini mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm, dengan tungkai panjang, dan paruh panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu pada umumnya berwarna hitam dan putih. Sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher berwarna putih, kepala botak, leher dan tenggorokan berwarna merah jambu dengan bulu kapas putih halus pada mahkota. Leher dan muka berwarna kuning kaki berwarna coklat kehijauan sampai berwarna hitam. Bangau ini termasuk burung pendiam, tidak banyak bersuara, selain desisan di sarang, kepakan sayap dan paruh.
Reproduksi Burung bangau tong – tong membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting – ranting berisi 3 -5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari.
Habitat Burung bangau tong –tong, membentuk kelompok dengau bangau lain atau dengan elang bersarang di daerah hutan. Burung bangau tong – tong suka mengunjungi sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan mangrove. Tersebar di India, Cina selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.



2.3.6. Ara macau

Klasifikasi
Kingdom : Animallia
Sub.Fillum : Avertebrata
Class : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famillia : Psittacidae
Genus : Ara
Spesies : Ara macau

Deskripsi: Burung Ara macau ini mahir memanjat karena kakinya yang terdiri dari 3 pasang jari kaki, yang menghadap kearah depan dan yang lainnya menghadap ke belakang (passerin). Burung baya mempunyai ukuran tubuh yang besar. Burung yang betina berwarna merah, sedangkan yang jantan berwarna hijau, dengan paruh kuning. Burung ini mempunyai tata warna bulu yang cemerlang. Burung ini disukai oleh peminat dan pemelihara burung karena keindahan bulunya dan mudah beradaptasi dengan kehidupan kurungan.
Reproduksi Bersarang dalam lubang – lubang pohon dengan hasil telur 2 – 4 butir telur. Habitat hutan dari perkebunan yang tersebar di Irian, Maluku Tengah, Australia, P. Soloman.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.


2.3.7. Goura Victoria


Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Aves
Ordo :Columbiformes
Familia :Columbidae
Genus :Goura
Spesies :Goura victoria

Deskripsi: Mambruk atau dalam nama ilmiahnya Goura victoria adalah sejenis burung yang terdapat di dalam suku burung Columbidae. Goura victoria adalah salah satu dari tiga burung dara mahkota dan merupakan spesies terbesar di antara jenis-jenis burung merpati. Burung Goura victoria berukuran besar, dengan panjang mencapai 74cm, dan memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Populasi Goura victoria tersebar di hutan dataran rendah, hutan sagu dan hutan rawa di bagian utara pulau Irian, yang juga termasuk pulau Yapen, pulau Biak dan pulau-pulau kecil disekitarnya.
Burung Goura victoria bersarang di atas dahan pohon. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih. Merupakan terestrial spesies. Burung ini mencari makan di atas permukaan tanah. Pakan terdiri dari aneka biji-bijian dan buah-buahan yang jatuhditanah.
Spesies ini biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok. Mempunyai bulu yang menutupi sayap ( remiges ),bulu yang menutupi ekor ( rektrices ), bulu yang menutupi truncus (tectrices), dan bulu yang menutupi paha dan kak (parapterum ). Kaki bertipe passerine ( posisi jari 3 ke depan dan 1 jari ke belakang ) . Ekor panjang dan memakan biji-bijian.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.



2.3.8. Spilornis cheela


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae
Genus : Spilornis
Spesies : Spilornis cheela

Deskripsi: Elang-ular Bido adalah spesies burung yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan membiak dengan cara bertelur. Elang ini berwarna coklat dengan garis putih di ujung belakang sayap, terlihat disaat terbang seperti garis yang tebal. Sangat berisik, suara panggilan seperti ""Kiiiik"" panjang dan diakhiri dengaan penekanan nada. Sayap menekuk ke atas (seperti Elang Jawa) dan kedepan, membentuk huruf C yang terlihat membusur. Ciri khas lainnya adalah kulit kuning tanpa bulu di sekitar mata hingga paruh. Tipe kaki bertengger yaitu Zygodactila ( posisi dua jari ke depan dan dua jari yang lainnya ke belakang ) , mempunyai cakar , merupakan hewan karnivora.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur. Mempunyai bulu yang menutupi sayap ( remiges ),bulu yang menutupi ekor ( rektrices ), bulu yang menutupi truncus (tectrices), dan bulu yang menutupi paha dan kak (parapterum ).



2.3.9. Ketupa ketupu

Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Strigiformes
Family : Strigidae
Genus : Ketupa
Spesies : Ketupa ketupu

Deskripsi : Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Tipe paruh pemakan daging.
Ketupa ketupu mempunyai mata yang besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam / melengkung seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk ingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.


2.3.10. Haliastur Indus

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Orde : Falconiformes
Family : Accipitridae
Genus : Haliastur
Species : Haliastur indus

Deskripsi : Elang bondol (Haliastur Indus) merupakan salah satu jenis burung pemangsa (Raptor) yang sangat gagah, dalam rantai makanan, elang ini pun menjadi mangsa predator lain seperti biawak. Sering mengunjungi daerah rawa, sungai, muara, pesisir pantai dan kepulauan hingga daerah dengan ketinggian sampai 2800-3000 mdpl.
Elang bondol berukuran panjang sekitar 45-52 cm, dengan lebar sayap 110-125 cm, panjang ekor 18-22 cm. Elang bondol memiliki warna putih dengan coretan hitam vertikal dari kepala, leher sampai perut dan coklat kepirangan pada bagian atas sayap sampai ekor. Tipe kaki passerine ( 3 jari ke depan dan 1 jari ke belakang) .Paruh runcing. Perbedaan antara burung muda dengan dewasa adalah ujung ekornya bundar bukan menggarpu. Iris coklat, paruh-sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.
Habitatnya kebanyakan di pantai, daratan berair, hutan, maupun dataran rendah. Namun burung ini dapat juga bisa hidup di pegunungan dengan ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut. Meski bukan burung migran antar benua, elang bondol juga ditemukan di India, Cina Selatan, Filipina, dan Australia.
Sistem pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muskular (gizzard, empedal), 2 buah secum, usus besar dan kloaka. Sistem sirkuler yaitu dengan jantung terdiri dari 2 aurikel dan 2 ventrikel. Respirasi dengan paru-paru yang berhubungan dengan sejumlah kantung-kantung udara. Kantung udara berfungsi untuk membantu burung bernafas saat terbang serta melindungi bagian jantung. Sistem ekskresi dengan ginjal bertipe mesonefros. Fertilisasi internal dengan dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Bersifat ovipar yaitu dengan cara bertelur.



2.4. Mammalia


2.4.1. Panthera tigris (Harimau)

Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris

Deskripsi : Panthera tigris merupakan anggota dari kelas mammalia karena memiliki ciri-ciri yaitu ada glandula mamae, ada daun telinga, serta tubuh ditutupi oleh rambut. Memiliki nama lokal harimau, warna tubuhnya loreng. Memiliki cakar (unguli) pada ekstrimitas baik anterior ataupun posterior. Cakar ini dapat disimpan dan dikeluarkan jika dalam keadaan terdesak untuk perlindungan. Cakar ini juga digunakan untuk mencabik serta menerkan mangsanya. Fertilisasi internal dan bersifat dioceus. Tipe kaki plantigrade yaitu berjalan dengan telapak kaki menempel di tanah. Tipe gigi bertaring karena harimau adalah karnivora yaitu pemakan daging. Memiliki kumis di dekat mulutnya, hidung selalu basah. Habitat di alam bebas dan sifatnya liar.
Sistem pencernaan ada kelenjar ludah, terdapat sepasang kantung empedu, saluran getah pankreas, secceum dan apendiks. Sistem respirasi yaitu bernapas dengan hidung yang mengandung tulang-tulang turbinal. Sistem repeoduksi secara internal yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh dari embrio. Bersifat dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Terdapat tulang genital untuk pengeluaran dan kopulasi. Sistem ekskresi dengan memiliki sepasang ginjal. Hasil ekskret dikeluarkan melalui anus atau penis.


2.4.2. Presbytis rubicunda (Lutung merah)

Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Presbytidae
Genus : Presbytis
Spesies : Presbytis rubicunda

Deskripsi: Presbytis rubicunda merupakan anggota dari kelas mammalia karena memiliki galandula mamae yang berguna untuk menyusui anaknya. Tubuh dari lutung ini tertutup oleh rambut. Memiliki daun telinga yang tidak terlalu besar ukurannya. Tubuh terbagi atas caput, cerviks, truncus, dan caudal. Memiliki ekstrimitas anterior dan posterior. Kaki anterior sering digunakan sebagai tangan yang berfungsi untuk bergelantungan sehingga muskularnya lebih kuat daripada kaki bagian posterior. Ekor atau caudal memiliki fungsi untuk alat keseimbangan. Hewan berdarah panas ( poikiloterm). Habitat di alam bebas dan liar. Fertilasi internal dan dioceus. Memiliki warna tubuh merah, hingga disebut Lutung merah.
Sistem pencernaan ada kelenjar ludah, terdapat sepasang kantung empedu, saluran getah pankreas, secceum dan apendiks. Sistem respirasi yaitu bernapas dengan hidung yang mengandung tulang-tulang turbinal. Sistem repeoduksi secara internal yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh dari embrio. Bersifat dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Terdapat tulang genital untuk pengeluaran dan kopulasi. Sistem ekskresi dengan memiliki sepasang ginjal. Hasil ekskret dikeluarkan melalui anus atau penis.


2.4.3. Presbytis melalophos (Lutung Putih)


Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Presbytidae
Genus : Presbytis
Spesies : Presbytis melalophos

Deskripsi: Presbytis melalophos merupakan merupakan anggota dari kelas mammalia karena memiliki galandula mamae yang berguna untuk menyusui anaknya. Tubuh dari lutung ini tertutup oleh rambut. Memiliki daun telinga yang tidak terlalu besar ukurannya. Tubuh terbagi atas caput, cerviks, truncus, dan caudal. Memiliki ekstrimitas anterior dan posterior. Kaki anterior sering digunakan sebagai tangan yang berfungsi untuk bergelantungan sehingga muskularnya lebih kuat daripada kaki bagian posterior. Ekor atau caudal memiliki fungsi untuk alat keseimbangan. Hewan berdarah panas ( poikiloterm). Habitat di alam bebas dan liar. Fertilasi internal dan dioceus. Memiliki warna tubuh putih, hingga disebut Lutung putih.
Sistem pencernaan ada kelenjar ludah, terdapat sepasang kantung empedu, saluran getah pankreas, secceum dan apendiks. Sistem respirasi yaitu bernapas dengan hidung yang mengandung tulang-tulang turbinal. Sistem repeoduksi secara internal yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh dari embrio. Bersifat dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Terdapat tulang genital untuk pengeluaran dan kopulasi. Sistem ekskresi dengan memiliki sepasang ginjal. Hasil ekskret dikeluarkan melalui anus atau penis.


2.4.4. Hystrix javanicus (Landak )


Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Rodentidae
Genus : Hystrix
Spesies : Hystrix javanicus

Deskripsi: Hystrix javanicus merupakan anggota dari kelas mammalia karena memiliki glandula mamae untuk menyusui anaknya. Hystrix javanicus memiliki nama lokal yaitu landak. Tubuh terdiri dari caput, truncus, dan caudal. Tubuh tertutup oleh rambut. Memiliki kumis sebagai indera peraba. Memiliki ekstrimitas anterior dan posterior. Ukuran dari kaki anterior lebih pendek dari yang posterior. Memiliki alat proteksi diri yaitu rambutnya akan menjadi tajam seperti duri saat dalam keadaan terdesak. Makanannya sayur-sayuran dan buah. Habitat di darat terutama di alam bebas. Fertilisai internal dan bersifat diocues. Berkembang biak dengan vivipar yaitu beranak.
Sistem pencernaan ada kelenjar ludah, terdapat sepasang kantung empedu, saluran getah pankreas, secceum dan apendiks. Sistem respirasi yaitu bernapas dengan hidung yang mengandung tulang-tulang turbinal. Sistem repeoduksi secara internal yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh dari embrio. Bersifat dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Terdapat tulang genital untuk pengeluaran dan kopulasi. Sistem ekskresi dengan memiliki sepasang ginjal. Hasil ekskret dikeluarkan melalui anus atau penis.


2.4.5. Simpanse ( Pan troglodytes )

Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Hominidae
Genus : Pan
Spesies : Pan troglodytes

Deskripsi: Simpanse (sering disingkat dalam Bahasa Inggris, chimp) adalah nama umum dari 2 spesies kera dalam genus Pan. Simpanse adalah hewan yang sering ditemui dihutan tropis. Biasanya kulitnya berwarna hitam kecoklatan, dan berbulu hitam. Simpanse yang paling dikenal adalah dari golongan Pan troglodytes, yang habitat terbanyaknya adalah di daerah Afrika Barat, dan Afrika Tengah. Dari pihak sepupu terdekat dengan simpanse, dikenal pula Bonobo atau "Pygmy Chimpanzee" yang berasal dari golongan Pan paniscus, dan banyak ditemukan di Kongo. Sungai Kongo menandai batas dari kedua golongan simpanse tersebut.[1]Simpanse adala anggota keluarga Hominidae, bersama dengan gorila, manusia, dan orangutan. Dua spesies simpanse yang tersebut diatas adalah spesies terdekat dengan spesies manusia; semuanya adalah termasuk suku Hominini (termasuk sub-suku Hominina yang sudah punah). Simpanse adalah satu-satunya anggota sub-suku Panina yang diketahui sampai saat ini.
Simpanse adalah satu dari empat spesies kera besar selain bonobo, orangutan, dan gorilla. Bernama latin Pan troglodytes, simpanse masuk genus Panina dan ordo primata. Mereka memiliki hubungan relasi sosial yang kuat, maka senang hidup berkelompok sesuai dengan kekerabatan. Ini mirip dengan sifat manusia. Bedanya ,dalam hidup berkelompok simpanse menganut azas egaliter, dimana tidak ad pemimpin atau hierarki kekuasaan. Simpanse juga tergolong primata yang memiliki kecerdasan lebih dibanding dengan primata lain. Beberapa studi membuktikan mereka akan berusaha mengambil makanan yang diberikan namun dihalangi oleh kawat. Usaha itu berbeda dengan primata lain. Jika primata lain hanya sebatas merusak kawat, simpanse akan mencari atau membuat alat untuk mengambil makanan itu.
Pada dasarnya simpanse adalah omnivora, pemakan segala. Namun ada sub spesies simpanse, yakni simpanse kerdil yang cenderung herbivora, hanya memakan tumbuh-tumbuhan. Simpanse jantan berbobot antara 35-70 kilogram., betinanya 26-50 kilogram. Tinggi badannya saat berdiri tegak antara 1-1,5 meter. Di alam bebas, simpanse bisa bertahan hidup hingga 40 tahun sedangkan di penangkaran mencapai usia 60 tahun.


2.4.6. Tapir ( Malayan tapir, Tapirus indicus )

Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Tapiridae
Genus : Tapirus
Spesies : Tapirus indicus

Deskripsi: Tapir Asia (Tapirus indicus) adalah salah satu jenis tapir. Tapir Asia merupakan jenis yang terbesar dari keempat jenis tapir dan satu-satunya yang berasal dari Asia. Nama ilmiahnya indicus merujuk pada Hindia Timur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatra tapir umumnya disebut tenuk or seladang, gindol, babi alu, kuda ayer, kuda rimbu, kuda arau, marba, cipan, dan sipan.
Tapir Asia mudah dikenali dari cirinya berupa "pelana" berwarna terang dari bahu hingga pantat. Bulu-bulu di bagian lain tubuhnya berwarna hitam kecuali ujung telinganya yang berwarna putih seperti jenis tapir lain. Pola warna ini berguna untuk kamuflase: warna yang membuat kacau membuatnya tidak nampak seperti tapir, binatang lain mungkin mengiranya batu besar dan bukannya mangsa saat tapir ini berbaring atau tidur.
Tapir Asia (Tapirus indicus) adalah jenis yang terbesar dari keempat jenis tapir dan satu-satunya yang berasal dari Asia. Nama ilmiah indicus merujuk pada Hindia Timur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatra tapir umumnya disebut tenuk atau seladang, gindol, babi alu, kuda ayer, kuda rimbu, kuda arau, marba, cipan, dan sipan. Tapir Asia mudah dikenali. Mereka memiliki ciri khas "pelana" warna terang dari bahu hingga pantat. Disebut "pelana" karena tapir ini seakan-akan kuda yang dipasangi pelana di punggungnya. Bulu-bulu di bagian tubuh lainnya berwarna hitam kecuali ujung telinga yang berwarna putih seperti jenis tapir lain. Pola warna ini berguna untuk kamuflase supaya musuh tidak melihatnya sebagai tapir tapi mungkin batu besar.
Tapir Asia tumbuh hingga 1,8 - 2,4 m, tinggi 90 - 107 cm, dan berat umum 250 - 320 kg. Tapi bobot terberat tapir Asia bisa mencapai 500 kg. Tapir betina biasanya lebih besar daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk serta belalai yang panjang dan lentur.Tiap kaki depanya ada empat kuku dan di tiap kaki belakangnya ada tiga kuku. Tapir Asia tumbuh hingga sepanjang 1,8 sampai 2,4 mdan 8 kaki), tinggi 90 sampai 107 cm (3 sampai 3,5 kaki), dengan biasanya 250 sampai 320 kg (550 dan 700 pon), meskipun berat mereka dapat mencapai 500 kg (1.100 pon). Tapir betina biasanya lebih besar daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk serta belalai yang panjang dan lentur.Di tiap kaki depanya terdapat empat kuku dan di tiap kaki belakangnya ada tiga kuku. Indera penglihatan tapir Asia agak buruk namun indera pendengarannya dan penciuman tajam.
Masa hamil tapir Asia sekitar 400 hari, dimana setelahnya seekor anak lahir dengan berat 6,8 kg (15 pon). Tapir Asia merupakan yang terbesar saat lahir dibanding jenis-jenis tapir lainnya dan tumbuh lebih cepat dari jenis tapir lain. tapir muda dari semua jenis berbulu cokelat dengan garis-garis dan bintik-bintik putih, pola yang memungkinkannya bersembunyi dengan efektif di dalam bayangan-bayangan hutan. Pola pada bayi ini berubah menjadi pola warna tapir dewasa antara empat hingga tujuh bulan setelah kelahiran. Anak tapir disapih antara umur 6 dan 8 bulan dan binatang ini menjadi dewasa pada umur tiga tahun. perkembangbiakan basanya terjadi pada bulan April, Mei Atau Juni. Tapir betina biasanya melahirkan satu anak tiap dua tahun. Tapir Asia dapat hidup hingga 30 tahun baik di alam liar maupun di kurungan.
Ketertarikan baru-baru ini mendorong para perekayasa biologi mencoba menciptakan versi kerdil dari tapir. Mereka percaya bahwa ada pasar untuk tapir kerdil sebagai binatang peliharaan di Amerika Serikat.
Tapir Asia terutama merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai teritorinya dengan mengencingi tetumbuhan dan mereka sering mengikuti jalur lain dari yang telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan.
Binatang ini vegetarian, ia mencari makan berupa umbi empuk dan daun-daunan dari lebih dari 115 jenis tumbuhan (ada kira-kira 30 yang terutama disukainya), bergerak lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan bau yang ditinggalkan tapir lain di daerah itu. Akan tetapi, bila merasa terancam, tapir dapat lari dengan cepat meskipun bertubuh besar, dan mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya. Tapir-tapir Asia berkomunikasi satu sama lain dengan cicitan dan siulan bernada tinggi. Mereka suka tinggal di dekat air dan sering mandi dan berenang. Mereka juga bisa memanjat tempat yang curam. Tapir aktif terutama malam hari, walaupun mereka tidak benar-benar nokturnal. Mereka cenderung makan begitu matahari terbenam dan sebelum matahari terbit, mereka juga sering tidur siang sebentar. Tingkah laku ini menandai mereka sebagai satwakrepuskular.
Dahulu, tapir Asia dapat ditemukan diseluruh hutan hujan dataran rendah di AsiaTenggara termasuk Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, MyanmarBurma, Thailand,dan Vietnam. Namun populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini, dan seperti jenis-jenis tapir lainnya juga terancam kepunahan. Karena ukurannya, tapir memiliki sedikit pemangsa alami, bahkan tapir jarang dimangsa oleh harimau. Ancaman utama bagi tapir Asia adalah kegiatan manusiatermasuk penebangan hutan untuk pertanian, banjir akibat dibendungnya sungai untuk membuat pembangkit listrik tenaga air, dan perdagangan ilegal . Di Thailand, sebagai contoh, penangkapan dan penjualan seekor tapir muda dapat bernilai US$5500. Di daerah seperti Sumatra, dimana populasinya kebanyakan Muslim , tapir jarang diburu untuk dimakan karena kemiripan tubuhnya dengan babi membuat daging tapir tabu, namun di beberapa daerah mereka diburu untuk olahraga atau tidak sengaja tertembak karena dikira binatang lain.[10] Status dilindungi di Thailand, Malaysia dan Indonesia, yang ditujukan pada pembunuhan tapir dengan sengaja tapi tidak ditujukan pada isu hilangnya habitat, telah membatasi pemulihan atau menjaga polulasi tapir.
sejumlah kecil tapir Asia melanistik (serba-hitam) telah diamati. Tahun 1942, seekor tapir serba-hitam dikirim ke kebun binatang Rotterdam dan diklasifikasikan sebagai subspesies yang disebut Tapirus indicus brevetianus yang dinamai berdasarkan penemunya Kapten K. Brevet. Pada tahun 2000, dua ekor tapir melanistik diamati selama studi harimau di Suaka Hutan Jerangau di Malaysia Semenanjung. Penyebab variasi ini mungkin ketidaknormalan genetis yang mirip dengan macan kumbang yang muncul pada populasi macan tutul, Akan tetapi, kecuali kalau dan hingga individubrevetianus dapat dipelajari, penjelasan yang tepat untuk sifat tersebut tetap tidak diketahui.

2.4.7. Kuda nil Kerdil ( Pygmy Hipopotamus, Cheropsis liberensis )


Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artyodactyla
Famili : Hippopotamidae
Genus : Hippopotamus
Spesies : Hippopotamus amphibius

Deskripsi: Kuda nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit kelabu gelap. Mereka juga memiliki gading besar yang biasa mereka gunakan untuk mempertahankan diri dari predator. Kuda nil tinggal di Afrika. Mereka tinggal di dan dekat air tawar, seperti danau dan sungai. Kuda nil adalah hewan herbivora. Mereka tinggal berkelompok, dan terkadang 30 kuda nil akan tinggal di tempat yang sama. Mereka tidur di lumpur dan air, namun di malam hari mereka keluar untuk makan rumput. Hewan ini bereproduksi dengan cara vivipar yaitu secara beranak. Tubuhnya ditutup oleh rambut serta memiliki gladula mamae. Memiliki daun telinga yang berukuran tidak terlalu besar.


2.4.8. Kanguru ( Bruijus Padelemon, Thylogale brunii )


Klasifikasi
Filum : Chordata
Sub Filum : Pisces
Kelas : Mammalia
Ordo : Diprotodontia
Famili : Macropodidae
Genus : Thylogale
Spesies : Thylogale brunii

Deskripsi:Kanguru atau kangguru adalah hewan mamalia yang memiliki kantung (marsupialia). Hewan ini termasuk hewan khas Australia. Kata kanguru diambil dari bahasa Aborigin gangguru.
Ada tiga spesies kanguru:
a. Kanguru Merah
Kanguru Merah adalah hewan marsupial terbesar yang masih hidup. Apabila berdiri tingginya dapat mencapai lebih dari 2 meter dan bobotnya mencapai 90 kg. Kanguru jenis ini biasanya bergerak dalam kelompok besar. Mereka tidur di kala siang yang hawanya paling panas. Apabila tidak ada air, mereka akan mencari kelembaban dari tumbuhan hijau. Mereka juga hanya akan berkembangbiak apabila ada hujan dan tumbuh tanaman baru.
b. Kanguru Abu-abu Timur
Kanguru Abu-abu Timur dapat ditemukan di daerah subur Australia bagian timur.
c. Kanguru Abu-abu Barat
Kanguru Abu-abu Barat dapat ditemukan di Australia bagian barat, Australia bagian selatan yang dekat dengan pantai dan basin Sungai Darling. Kanguru Abu-abu sangat banyak jumlahnya. Mereka hidup di hutan-hutan eukaliptus yang terbuka dan di daerah berumput. Mereka memakan rumput.
d. Makropod
Sebagai tambahan, ada 60 makropod yang lebih kecil yang masih berhubungan dengan kanguru yaitu:
 Kanguru Pohon. Kanguru jenis ini hidupnya di atas pohon. Pada siang hari mereka tidur di dahan-dahan pohon. Pada malam hari mereka makan daun dan buah. Kanguru Pohon bisa ditemukan di hutan hujan tropis yang padat di Australia bagian timur laut dan New Guinea. Beberapa kanguru Pohon adalah hewan yang dilindungi. Kebanyakan dari mereka hampir punah disebabkan oleh perusakan lingkungan.
 Wallabi
 Wallaroo
 Quokka
Kanguru mempunyai dua kaki belakang yang kuat, telapak kakinya yang besar didesain untuk meloncat. Kanguru biasa melompat dengan kecepatan 20-25 km/jam. Tapi mereka bisa melompat hingga kecepatannya menjadi 70 km/jam. Harapan hidup kanguru sekitar 9-18 tahun. Walau terkadang ada kanguru yang bisa bertahan hidup hingga 28 tahun.




2.4.9 Gajah Asia ( Elephas maximus )

Klasifikasi
Kingdom : Animallia
Sub. Fillum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Proboscidae
Familia : Elephantidae
Genus : Elephas
Spesies : Elephas maximus


Deskripsi: Gajah Asia merpakan spesies dari kelas mamalia yang berukuran sangat besar, berat tubuhnya mencapai 5400 kg. Warna kulit gajah adalah kelabu sampai hitam kelam, memiliki belalai sebagai tangan, yang merupakan modifikasi antara bibir dengan hidung. Dan memiliki telinga yang lebar, berfungsi untuk menghalau lalat yang mengganggu, yang biasanya hinggap di bagian mata dan mulut.
Reproduksi Gajah betina kawin setelah umur sekitar 9 – 12 tahun setelah kawin gajah akan bunting selama 18 bulan – 22 bulan dan akan melahirkan anak dengan berat 100 kg, dimana selang antara melahirkan anak selama 4 tahun.
Habitat hidup bervariasi dari hutan tropika sampai perkebunan, dataran rendah, pegunungan, padang rumput, di wilayah India, Pakistan, Ceylon, Burma, Malaysia dan Sumatera.



2.4.10 Orang Utan ( Pongo pygmaeus )


Klasifikasi
Kingdom : Animallia
Sub. Fillum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Famillia : Pongidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongo pygmaeus


Deskripsi: Orang utan adalah hewan primata endemik (asli Indonesia). Populasinya kini terancam punah. Populasi terkini diperkirakan lebih kecil dari 30.000 individu yang tersebar di dua daerah sebaran (Sumatera dan Kalimantan). Menurut perkiraan, jumlah orangután liar yang terdapat di hutan Sumatera hanya sekitar 6.500 – 7.500 individu saja. Dan orangután liar yang terdapat di Kalimantan sekitar 12.000 – 13.000 individu. Ini merupakan pengurangan dari jumlah yang ada pada 10 tahun yang lalu (30% – 50% terjadi pengurangan jumlah).
Kemerah-merahan hingga coklat kehitam-hitaman, janggut pada orang utan Sumatera (jantan) berwarna merah hingga jingga. Di sekitar mata tidak berbulu dan mempunyai telinga kecil. Memiliki tubuh yang tinggi, bulu/rambut yang kusut, dan lengan yang panjang. Bentuk tangan dan kaki kecil memanjang, sesuai untuk memegang cabang-cabang pohon. Jempol tangan yang pendek sangat mendukung fungsinya yang seperti gancu untuk membuka buah. Dan terdapat daging di sekitar pipi jantan dewasa (cheek pad) akan berkembang mulai dari umur 8 tahun atau 15 tahun hingga umur 20 tahun.
Orangutan tergolong Omnivora. Orangutan memakan hampir sebagian besar jenis buah-buahan yang terdapat di dalam hutan (60% buah-buahan, seperti : rambutan, mangga, durian, manggis, duku, dan sebagainya). Selain buah-buahan sebagai makanan pokok, sumber makanan lainnya adalah daun-daunan, kulit kayu, tunas muda, bunga-bungaan, serta beberapa jenis serangga seperti rayap dan semut pohon. Berdasarkan pengamatan orangutan juga dapat memakan daging. Biasanya mereka memakan daging siamang atau monyet yang telah mati.
Untuk mendapatkan air, mereka melubangi bagian batang pepohonan yang berguna untuk manampung air hujan dan meminumnya dengan cara menghirup dari pergelangan tangannya. Orangutan juga mengambil makanan yang berupa mineral dari dalam tanah, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Siklus menstruasi orangutan betina terjadi antara 29-32 hari. Menstruasi berlangsung selama 3-4 hari. Masa kehamilan kurang dari 9 bulan. Biasanya melahirkan satu bayi saja dengan berat badan sekitar 1,2 Kg. Masa bayi berlangsung antara 0 sampai 4 tahun, masa anak anak antara 4 sampai 7 tahun. Sedangkan masa remaja antara 7 sampai 10 tahun. Anak orangutan biasanya hidup bersama-sama ataupun dekat dengan induk sampai mereka bisa hidup mandiri. Betina biasanya menjadi matang secara seksual setelah tumbuh sempuma kira-kira pada umur 12 tahun. Meskipun begitu mereka tidak akan mempunyai anak pertama sampai umur 14-16 tahun.
Orangutan jantan mencapai matang secara seksual dan tumbuh sempurna pada umur 15 tahun. Orangutan jantan dewasa kelihatan benar-benar tidak mau memberi toleransi kepada sesama jenis kelamin. Pertemuan diantara keduanya bisa berakibat saling menyerang ataupun saling menghindar. Keberadaan jantan dewasa dalam suatu kelompok hanya terbatas karena minat seksual terhadap betina dewasa dan betina muda.
Dalam berbagai kesempatan orang utan betina dewasa mungkin terlihat bersama dengan jantan lebih muda, atau betina dewasa lain dengan jantan remaja. Hal itu merupakan sebuah penjajakan seksual, meskipun belum tentu terjadi hubungan lebih intim. Hubungan antara induk dan anak berlangsung cukup lama. Betina remaja berkelana bersama-sama dengan jantan remaja, bila perbedaan umur terpaut sedikit. Sistem semi soliter ini mungkin karena pengaruh penyebaran makanan yang tersebar, tidak terkumpul di suatu tempat.

Phyton reticulates (Ular Sanca Jaring)


Ular Sanca Jaring
Klasifikasi
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Phyton reticulates

Deskripsi: Ular sanca jaring adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anaconda (Eunectes). Sisik dorsal lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Memiliki pola sperti jala(reticula), tersusun dari warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata belakang. Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret, sisik-sisik ventral(Perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik ujung moncong) dan empat perisai supralabial(sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang(heat sensor pits) yang dalam. Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki, alat kopulasi hemipenis. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun. Ular ini bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini dierami pada suhu 88-90oF (31-32oC) selama 80-90 hari, bahkan hingga lebih dari 100 hari.

Crocodilus porosus (buaya muara)


BUAYA MUARA
Klasifikasi
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Chelonia
Famili : Chelodae
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodilus porosus

Deskripsi: Buaya muara berbeda dengan buaya lain yaitu sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan dank e belakang biasanya 6-8 baris. Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar disbanding buaya air tawar yaitu pada rahangatas dan bawah serta ukuran gigi. Mereka memiliki warna yang bervariasi dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya. Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah krang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan dapat muai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun. Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas. Tubuh Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta sebgai pelindung.Sisik rontok satu persatu tidak seperti ular.Buaya memiliki ekor tebal berotot. Kaki depannya berjari lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang. Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air. Cor (jantung) buaya semua sekat sudah sempurna, jadi jantung terbagi menjadi empat ruang yang sempurna yaitu atrium dekster, atrium sinister, ventrikel dekster dan ventrikel sinister. Oleh karena sekat sudah sempurna dan vaskularisasi organ digesti dari cabang arkus aorta sinister berpangkal dari ventrikel dekster yang mengandung darah venosus, maka diperlukan lubang penghubung yang disebut foramen Panizzae, lubang tersebut memungkinkan darah arteriel yang berasal dari ventrikel sinister mengalir menuju organ digesti. Buaya merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari.